Sabtu, 11 Juli 2009

Suratan angin

Rakitlah perahumu, dan ceritakan padaku tentang perjalannmu mengarungi langit.
Tentang bintang yang tak bertabir mimpi, Lubang hitam yang mungkin menarikmu atau juga tentang pengakhiran dunia yang kusinggahi- dan mengenang penghancuran kecil yang pernah kita lakukan, hingga bulan tertidur lelah mendengar kisahku.
Mungkin tak ada lagi camar usang di taman kecil dengan anggur yang menceritakan petuah bodoh di padang senja.
Petapa tua bersabda tentang singa di padang gurun yang memburu majikan terakhirnya.
Tapi aku bukan singa, aku angin yang ditinggal pergi sahabat imajinya.
Bila nanti imaji itu menemukan hampa setelah mengarungi langit.
Aku masih diselimuti awan hitam pekat, menanti pemicu yang menjadikanku badai

Persekongkolan Akuarium

Benarkah sayang,
bahwa matahari tak mampu mengelabui semangatku? Dan
Hujanpun tiada sanggup menyusutkan rasa ini?
Lalu mereka berkata bahwa aku berada dalam akuarium.
Namun bagiku mereka hanyalah ikan sapu-sapu, bahkan lebih bodoh daripada itu. Sebab mereka tidak melompat lompat keluar akuarium, membuat keruh air akurium atau malah menghancurkan secara perlahan. Melainkan menjaga bersih akuarium itu, agar tuanya mampu meletakan diriku yang berikutnya.

Pecemburu

Aku menaruh cemburu
kepada setiap orang lalu.
Kalau di petiknya sekuntum mawar mekar mengharum...

Kutulis di atas papan sederhana tapi nyata-
setara pada arti katanya:
"Dilarang memetik bunga!"

Lama-lama aku jadi jemu,
bukan oleh bunga yang sekarang mulai layu.
Dan bukan oleh tulisan itu.
Melainkan jemu oleh cemburu

(A)

Aku juga menginginkan...
Aku juga...
Aku...

... hidup lebih baik
... menyiapkan sebuah rencana
... yang bukan nasionalis


Mungkin kamu juga mau !!!

Nada Agar Kau



Kemarilah..
Bersandar di Bahuku/
Dan akan kuceritakan sebuah kisah kasih romansa kehidupan/

Ketika harimu tak lebih dari hari kemarin/
Ketika kau tersungkur dalam kesendirian/
Ketika bintang yang kau idamkan tak sanggup kau gapai/
Ketika kau merasa bukan menjadi siapa-siapa/
Ketika aku mengikari sebuah nazar yang tercetus untuk "Berada di sisimu kapanpun kau membutuhkanya"/
Kemarilah..
Bersandar di Bahuku/
Dan akan kuceritakan sebuah kisah kasih romansa kehidupan/

Ketika harimu tak lebih dari hari kemarin/
Ketika kau tersungkur dalam kesendirian/
Ketika bintang yang kau idamkan tak sanggup kau gapai/
Ketika kau merasa bukan menjadi siapa-siapa/
Ketika aku mengikari sebuah nazar yang tercetus untuk "Berada di sisimu kapanpun kau membutuhkanya
Ketika kau tak mendengar nyayian syahdu yang bermuara pada ujung hati/
Ketika nada-nada itu meronta meminta sebuah perubahan besar pada dirimu/

Ketika nada-nada itu memintamu bangkit dari keterpurukan/
Ketika nada-nada itu memintamu tegar saat sendiri/
Ketika nada-nada itu memintamu tak mempedulikan ketidak sanggupanmu/
Ketika nada-nada itu memintamu untuk menjadi dirimu sendiri/
Ketika nada-nada itu memintamu untuk menghapuskan ketergantunganmu terhadapku saat kau jatuh/

Dan nada-nada itu mangharapakan agar..
Kau mampu menari lepas bersama sukacita/
Agar mampu kau putuskan mata rantai yang membelenggu sayapmu/
Dan menjelajahi setiap titik yang tak pernah kau singgahi sebelumnya/

Temukan Dimana


Bilamana kau menggebu,
Pergilah mencarinya.
Cicipi tiap kesempatan,
Hingga hasrat hidupmu tersalurkan.
Jangan biarkan dirimu sia-sia.

tentang Itu

Sore ini, lagi aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya.
Bukan tentang si Cantik nan Liar dari selatan,
si Gagah yang menggentarkan nyaliku,
atau si Pemalu yang aku lihat dari kamar sang pelukis.
Tapi si Anggun yang mengisi rongga jiwaku hari ini
dengan senyum kecil yang merona dari utara.

"Ada yang datang dan ada yang pergi.
Dan ada yang datang
dan tak ingin melepasnya untuk pergi."
Itu pikiran yang mereka lemparkan untuku.
Tetapi keempat cinta itu tak mampu mengisi hatiku
yang masih sangat begitu luas dan siap di singgahi yang lainnya.
Biar bagaimanapun aku juga tak mau
membiarkan cintanya terbagi kepada orang lain,
apalagi orang jahat.

Karna aku takut akan...

Keliaran yang nanti berubah menjadi jinak.
Sebab cinta itu, penaklukan-katanya...

Kegagahan yang nanti akan menjadi lemah.
Sebab mencintai itu, memiliki-katanya...

Si Pemalu menjadi arogan dan ambisius.
Sebab dicintai harus menjadi lebih baik-katanya...

Atau si Anggun hanya akan menjadi fabel.
Sebab cinta adalah sebuah sejarah...


(Teguh Damaraka)